Sunday, December 21, 2008

‡ One Day at Beach ‡


"Masukkan kesusahanmu ke dalam saku yang berlubang."

(Anonim)


Ada sebuah kisah menarik yang gw baca dari Chicken Soup from the Unsinkable Soul dengan judul "Suatu Hari di Pantai".

Cerita karya Arthur Gordon yang dikirimkan oleh Wayne W. Hinckley ini cukup panjang untuk gw post di sini,
jadi gw akan menuturkan apa sih isi dari cerita ini.

Tokoh utama dalam kisah ini tengah mengalami masa-masa yang suram dalam hidupnya.
Ia memilih ke dokter sebagai tempatnya mengadu, bukan psikiater.

Sang dokter bertanya setelah sang tokoh utama bercerita tentang masalahnya,
"Kapan, semasa kanak-kanak, Anda merasa paling bahagia?"

"Waktu kanak-kanak?" tanya sang tokoh utama kembali.
"Untuk apa? Di pantai, mungkin.
Kami mempunyai sebuah pondok musim panas di sana.
Kami semua menyukainya."

Sang dokter memintanya pergi ke pantai sendirian keesokan paginya,
tidak boleh lewat dari jam sembilan.

Ia boleh membawa bekal untuk makan siang,
tetapi ia tidak boleh membaca, menulis, mendengarkan radio, atau berbincang-bincang dengan siapapun.

"Selain itu," kata dokter tersebut, "saya akan meresepkan obat yang harus Anda makan setiap tiga jam."

Dokter itu menyobek empat helai kertas dari buku resepnya,
menuliskan beberapa patah kata pada masing-masing kertas,
melipatnya dan memberinya nomor,
kemudian memberikannya kepadaku.
"Makan ini pada pukul sembilan, pukul dua belas, pukul tiga, dan pukul enam."

Walau sempat berpikir sang dokter hanya bercanda,
sang tokoh utama mengendarai mobilnya ke pantai.

Di pantai sepi.
Angin dari timur laut berembus cukup kencang;
laut tampak kelabu dan marah.

Ia membuka kertas terlipat yang pertama dengan tulisan:
Dengarkan dengan cermat.

Ia bingung; tidak ada musik, siaran berita, dan berbincang-bincang dengan orang lain.
Apa yang harus didengarkannya?

Dengan pikirannya sendiri,
ia menemukan sesuatu setelahnya:
Kalau kita mendengarkan dengan sungguh-sungguh,
ada saat-saat singkat ketika segala sesuatu diam, menunggu.

Dalam keheningan sangat singkat itu,
pikiran yang berkecamuk juga berhenti.
Pikiran seolah-olah beristirahat.

Tengah hari, ia kembali termenung,
setengah bingung dan putus asa karena kertas kedua:
Coba menjangkau ke belakang.

Ke belakang ke mana?
Ke masa lampau tentu saja.
Tetapi untuk apa, sementara semua kekhawatirannya berhubungan dengan masa sekarang atau masa mendatang.

Dalam pikirannya, sang dokter mengirimnya ke pantai karena itu tempat yang menyimpan kenangan membahagiakan dalam hidupnya.
Barangkali itulah yang harus ia jangkau -- merasakan kembali kebahagiaan yang telah begitu lama ia lupakan.

Sekali lagi ia mendapatkan sesuatu:
Orang yang bahagia biasanya adalah orang yang penih keyakinan, percaya diri.

Maka, jika Anda dengan sengaja menjangkau ke belakang dan menyentuh lagi kebahagiaan itu,
tidakkah itu akan membebaskan daya dan kekuatan yang terhimpun dalam diri Anda?

Pukul tiga, kertas ketiga dibuka dan kali ini pesannya bagaikan perintah:
Periksa kembali motif Anda.

Reaksi pertamanya betul-betul defensif.
Tak ada yang salah pada motifku.
Aku ingin sukses -- siapa yang tidak ingin?
Aku ingin mendapatkan pengakuan yang setimpal,
tapi semua orang juga begitu.
Aku ingin merasa lebih ama daripada sekarang -- mengapa tidak boleh?

Barangkali, kata sebuah suara kecil entah di mana dalam benaknya,
motif-motif ini tidak cukup baik.
Barangkali itulah alasannya mengapa roda-roda berhenti berputar.

Waktunya di pantai hampir habis,
dan ia diam-diam merasa kagum kepada dokter yang telah "meresepkan" obatnya dengan cara begitu santai tetapi istimewa.
Kini ia melihat bahwa resep tersebut merupakan suatu kemajuan pengobatan yang mungkin berguna bagi siapa pun yang tengah menghadapi kesulitan.

Dengarkan dengan cermat:
Menenangkan pikiran yang berkecamuk,
memperlambat irama kerjanya,
memindahkan fokus dari masalah di dalam diri sendiri ke hal-hal yang ada di luar.

Cobalah menjangkau ke belakang:
Karena pikiran orang hanya dapat dipusatkan pada satu hal,
kecemasan Anda yang sekarang akan hilan bila Anda menggantinya dengan kenangan kebahagiaan masa lampau.

Periksa kembali motif Anda:
Ini bagian inti yang sulit dalam "pengobatan" yang diresepkan oleh dokter itu.
Tantangan di sini adalah dalam menilai motif-motif kita supaya selaras dengan kemampuan dan suara hati kita.
Tetapi, pikiran harus betul-betul jernih dan terbuka untuk melakukannya --
itu sebabnya ia meresepkan masa tenang selama enam jam sebelum sampai ke tahap ini.

Pukul enam, ia membuka lipatan kertas terakhir.
Ada enam kata.

Ia berjalan perlahan-lahan mendekati laut.
Beberapa meter sebelum sampai ke batas air,
ia berhenti untuk membaca kata-kata itu lagi:
Tuliskan kesusahan-kesusahan Anda di pasir.

Kertas itu dibuangnya dan ia memungut sebuah pecahan kulit kerang.
Sambil berlutut di bawah lengkungan langit yang seoalh-olah memberikan rasa aman,
ia menulis beberapa patah kata di atas pasir, yang satu di atas yang lain.

Kemudian ia beranjak dan tidak menengok ke belakang.
Ia telah menuliskan kesusahan-kesusahannya di atas pasir.

Dan pasang naik telah datang.


Maaf kalau ringkasan gw kurang memuaskan y.. Hehe.

Anyway, kali ini gw tidak akan menulis opini gw tentang kisah ini;
it's a great story after all. =)


+Lyrics of the day+
You wanna pick up the pieces and put them in place
They resemble something they’ve made
Wanna make sure the lies take off all your disguises
Livin’ our life in a way
(Life In A Way by One Less Reason)

0 issues: